Saturday, October 18, 2008

30 Ribu Orang Tandatangani Petisi Selamatkan Hutan

Jumat, 17 Oktober 2008 16:06 WIB

MANOKWARI, JUMAT - Kapal Greenpeace Esperanza hari ini tiba di Manokwari, Papua Barat dengan membawa bukti-bukti meningkatnya ancaman terhadap hutan Papua akibat perluasan perkebunan kelapa sawit dan pembalakan. Greenpeace mengumumkan temuan tentang kegiatan deforestasi, dimana sebagian diantaranya ilegal, pada bagian pertama pelayaran “Hutan untuk Iklim” yang dimulai minggu lalu.
Bersamaan dengan kedatangan Ezperanza di Manokwari, Greenpeace mengajak khalayak luas berpartisipasi untuk menandatangi petisi dalam melindungi kekayaan alam dan masa depan mereka. Petisi ini mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk segera mendeklarasikan moratorium, sebagai upaya memberikan waktu yang diperlukan guna menyusun rencana perlindungan yang dibutuhkan demi masa depan hutan. Lebih dari 30,000 orang Indonesia telah menandatangani petisi ini.
Greenpeace memulai bagian Indonesia dari pelayaran “Hutan untuk Iklim” di Jayapura pada tanggal 6 Oktober, untuk menyoroti maraknya pengrusakan benteng terakhir hutan di Asia Tenggara.“Upaya melindungi hutan alam terakhir Indonesia untuk memerangi perubahan iklim, menghentikan penyusutan keanekaragaman hayati dan melindungi penghidupan masyarakat yang bergantung pada hutan merupakan hal yang sangat penting. Ini artinya harus segera diberlakukan moratorium deforestasi dan menggalang pendanaan internasional melalui PBB untuk melindungi hutan demi nilai karbonnya,” kata Bustar.
Deforestasi melepas sekitar 20% emisi gas-gas rumah kaca (GRK) dunia, merupakan penyumbang fenomena perubahan iklim yang berbahaya. Indonesia saat ini merupakan kontributor GRK terbesar ketiga di dunia, yang sebagian besar berasal dari deforestasi. Tetapi kenyataannya, pemerintah dan industri yang seharusnya bisa menyelamatkan hutan Indonesia dan iklim dunia, terus menebanginya dan memperburuk krisis iklim.
Penghentian sementara penebangan tidak hanya dapat menolong memperlambat emisi GRK nasional, tapi juga akan menjaga kekayaan keanekaragaman hayati tropis dan melindungi sumber sumber kehidupan masyarakan yang bergantung pada hutan di seluruh Indonesia.Kapal Esperanza akan meninggalkan Manokwari pada hari Minggu menuju Jakarta dan akan berada di Indonesia hingga tanggal 15 November. Greenpeace menyerukan pemberlakuan sesegera mungkin moratorium terhadap semua bentuk konversi hutan di Indonesia, termasuk perluasan perkebunan kelapa sawit, industri penebangan kayu dan faktor pendorong deforestasi lainnya.

GREENPEACE - HO
Fikria Hidayat

source: kompas.com

Gajah Liar Senang Pesta Kebun

Sabtu, 18 Oktober 2008 21:18 WIB

BANDARLAMPUNG, SABTU - Kawanan gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar dari hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, akhir-akhir ini sering keluar dari habitatnya. Mereka masuk ke kebun dan perkampungan penduduk di sekitarnya, sehingga menimbulkan konflik dengan warga setempat.
Menurut pegiat LSM yang bertugas di TNWK, Giyo, dari Way Kambas, Lampung Timur, Sabtu, dalam sepekan ini selama beberapa hari sekawanan gajah liar di sana juga kedapatan keluar masuk hutan di beberapa kampung berbatasan langsung dengan hutan itu di Kecamatan Labuhanratu dan Way Jepara. Giyo menyebutkan, sejumlah aktivis LSM di sana yang ikut mendampingi warga menangani gajah liar yang masuk ke kebun itu, menyebutkan biasanya gajah-gajah itu keluar dari hutan pada sore hari, dan baru kembali masuk ke hutan pada pagi hari esoknya.
Selama berada di kebun penduduk, gajah liar itu mencari makanan, di antaranya dengan merusak kebun dan pertanaman produktif masyarakat sekitarnya. Giyo yang aktif di LSM WATALA dan juga membantu LSM Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) d TNWK itu, menyebutkan, beberapa hari lalu pada awal pekan ini, selama sekitar 3-4 hari warga di sekitar Way Jepara dan Labuhanratu melaporkan adanya sekitar 30-an ekor gajah liar yang masuk ke kebun mereka. Gajah-gajah itu merusak kebun semangka, singkong, dan jagung warga di sana. "Nilai kerugian material belum diketahui dengan pasti, tapi kerusakan kebun warga akibat masuknya kawanan gajah liar itu lumayan parah," ujar Giyo pula. Karena itu, warga di sana berharap pihak Balai TNWK dan pemda setempat dapat segera menanggulangi masalah itu, sehingga tidak memicu terjadi dampak buruk dan reaksi yang tidak diinginkan dari masyarakat setempat yang dirugikan karena gajah liar itu.
Kepala Balai TNWK, MZ Hudiyono membenarkan adanya gangguan gajah liar yang sering dialami warga di sekitar hutan itu, apalagi memang permukiman dan kebun warga yang berbatasan langsung dengan hutan seluas sekitar 130.000 ha itu. Namun dia menyatakan, setiap kali mendapatkan laporan gangguan gajah liar, pihaknya segera berkoordinasi dan menerjunkan tim gabungan untuk menanggulanginya. "Target kami adalah menghalau kawanan gajah liar itu agar menjauhi permukiman penduduk," kata Hudiyono pula. Dia juga membenarkan adanya sekitar 30-40 ekor gajah liar yang selama beberapa hari pada awal pekan ini masuk ke kebun warga di sekitar Kecamatan Way Jepara dan merusak kebun warga di sana. Ia juga membenarkan adanya seorang penduduk, Hasyim (30), warga Desa Rajabasa Lama, mengalami luka parah dan diduga kuat karena terinjak kawanan gajah liar pada Jumat (17/10).
Namun korban dipastikan diserang atau diinjak gajah liar saat sedang berada di dalam kawasan hutan TNWK, dan bukan berada di luar kawasan konservasi itu. Hasyim kini harus mendapat perawatan intensif di RSUDAM Bandarlampung. "Benar, korban terinjak gajah liar itu ketika sedang berada di dalam kawasan hutan TNWK, bukan di luar kawasan, persisnya sekitar 2,3 km dari batas kawasan dengan permukiman sekitar di dekat Desa Rantau Jaya, Labuhanratu," kata Hudiyono lagi. Korban Hasyim sedang berada di dalam gubuk untuk menjaga kebun singkong yang ditanamnya. Saat istirahat, Jumat (17/10) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, terdapat serombongan gajah liar berjumlah 4-5 ekor yang melewati gubuk itu. Diperkirakan salah satu gajah liar itu menginjak tubuh korban, sehingga mengalami luka serius di tubuhnya, antara lain mengakibatkan tulang pelipis kanan retak, tangan dan lengan kanan patah, serta juga cedera serius di tulang rusuk dan tulang punggungnya.
Menurut Kepala Balai TNWK, MZ Hudiyono, upaya penghalauan kawanan gajah liar yang keluar hutan dan masuk kebun warga akan terus diupayakan setelah pihaknya menerima laporan warga dan aparat setempat, termasuk melibatkan masyarakat, LSM dan personil kepolisian dari Polres Lampung Timur. "Kami tetap akan upayakan dapat menghalau gajah liar itu kembali masuk ke hutan, dan mencegah tidak sampai masuk ke permukiman penduduk," kata dia lagi. Di hutan TNWK diperkirakan terdapat sedikitnya 200-an ekor gajah liar hidup di habitatnya, dengan sebanyak 61 ekor gajah lainnya menjadi gajah terdidik dan terlatih di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas itu.
ABI
Sumber : Ant
source : kompas.com

GAPKI RIAU USUL TIGA LANGKAH PENYELAMATAN

Sabtu, 18 Oktober 2008 13:03 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Propinsi Riau mengajukan tiga rekomendasi kepada pemerintah. Usulan tersebut untuk menyelamatkan industri kelapa sawit nasional dari krisis ekonomi global. Tiga usulan itu disepakati dalam pertemuan pengusaha kelapa sawit di Pekanbaru, Sabtu (18/10) pagi.

Pertama, pengusaha meminta pemerintah membebaskan pajak ekspor atau zero tax. Kedua, maksimalisasi penggunaan biodiesel dalam negeri. Dan ketiga, perluasan pasar ekspor yang selama ini didominasi tujuan Eropa, China dan India. Gapki Riau juga mengimbau anggotanya untuk menekan biaya produksi.

Gapki Riau menyatakan, ada sekitar 160 perusahaan kelapa sawit di propinsi ini yang terancam bangkrut akibat krisis keuangan dunia. Ratusan perusahaan tersebut tersebar di 11 kabupaten dan kota.

Sejumlah pemilik industri mengaku hanya bisa bertahan selama dua bulan ke depan. Jika tidak ada perbaikan harga kelapa sawit, banyak perusahaan sawit akan tutup atau paling tidak mengurangi jumlah tenaga kerja.(DOR)

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com