Friday, October 24, 2008

PE Sawit November Dipangkas Jadi 2,5%

23/10/2008 15:45:31 WIB
Oleh Nur Afni Fiazia dan Andryanto S

JAKARTA, Investor DailyPemerintah akhirnya menurunkan pungutan ekspor (PE) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari 7,5% pada Oktober menjadi 2,5% pada November mendatang. Penurunan PE itu mengacu pada patokan harga CPO di pasar internasional selama 20 September-19 Oktober yang berkisar antara US$ 650-550/ton.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurti menjelaskan, pemerintah menetapkan PE CPO untuk bulan depan hanya 2,5%. “Memang segitu. Pengesahannya masih menunggu surat keputusan Menteri Perdagangan,” katanya saat dikonfirmasi Investor Daily di Jakarta, Rabu (22/10).

Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengakui, pemerintah akan menurunkan PE CPO sesuai dengan harga rata-rata di pasar internasional sebulan sebelumnya. “Menurut ketentuan yang berlaku saat ini, kalau harga CPO di bawah US$ 550/ton, PE yang berlaku 0%. Bulan dengan PE tergantung harga bulan sebelumnya,” tuturnya.

Penetapan PE CPO 2,5% untuk November itu diambil dalam rapat koordinasi interdep yang dihadiri perwakilan dari kantor Menko Perekonomian, Departemen Perdagangan, Tim Tarif Departemen Keuangan, dan asosiasi industri terkait. Meski tidak sesuai dengan usulan pengusaha CPO yang menghendaki PE 0%, pemerintah menilai pajak yang ditetapkan untuk bulan depan itu mampu mengimbangi kemerosotan harga komoditas tersebut di pasar internasional.

Mendag menerangkan, saat ini pemerintah sedang menggodok perubahan skema PE CPO. Revisi kebijakan tersebut akan diteken sebelum akhir tahun ini. “Sudah ada hitung-hitungannya. Kebijakan itu tidak akan menunggu sampai 2009, karena kalau tahun depan itu kelamaan kali,” tuturnya sambil tertawa.

Selain mengubah skema penetapan PE CPO, lanjut dia, pemerintah akan mengantisipasi penurunan ekspor CPO dengan pemberlakuan kewajiban (mandatori) penggunaan bahan bakar nabati (BBN) yang berbasis minyak sawit dari sekitar 1% pada 2009 menjadi 5% pada 2010. “Ini juga sedang dikaji,” paparnya.

Pengaruh Makin Kecil
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Akhmaludin Hasibuan menjelaskan, berdasarkan hitungan Gapki, harga rata-rata (trigger price) CPO di pasar internasional sebulan terakhir berada di kisaran US$ 645,9/ton. Sedangkan harga patokan ekspor (HPE) CPO untuk November sekitar US$ 572/ton. “Karen itu, kami mendapat info PE CPO November ditetapkan 2,5%,” tuturnya.

Ketua Harian Gapki Derom Bangun menilai, dengan penetapan PE CPO sebesar 2,5% untuk bulan depan, setiap ekspor komoditas tersebut dibebankan pajak sekitar US$ 14,3/ton atau Rp 140/kg. Dengan demikian, harga CPO dalam negeri akan turun Rp 14/kg, sedangkan harga tandan buah segar (TBS) lokal turun Rp 28/kg. “Pengaruh PE 2,5% menjadi kecil,” ucapnya.
Meski demikian, lanjut dia, penurunan harga CPO yang terus terjadi makin menyulitkan pengusaha dan petani lokal. Karena itu, Gapki tetap mengusulkan pemerintah membebaskan PE CPO untuk sementara. “Jika PE dibebaskan sementara, harga TBS lokal bisa naik Rp 28/kg,” paparnya.

Namun, pemerintah tetap keberatan jika PE CPO dibebaskan untuk sementara. Kepala Badan Kebijakan Fiskal yang juga Ketua Tim Tarif Departemen Keuangan Anggito Abimanyu menerangkan, pemerintah tidak menghendaki PE CPO dibebaskan karena dapat berpotensi mempengaruhi harga produk turunannya, termasuk minyak goreng yang dibutuhkan masyarakat. "Jangan sampai policy pemerintah mengorbankan kebutuhan dalam negeri. Kalau PE nol persen jangan-jangan akan diekspor semua," ucapnya, Senin (20/10). Menurut dia, jika PE CPO dibebaskan, harga minyak goreng berpotensi tidak terkendali. Kondisi itu justru dihindari pemerintah. "Jadi harus ada instrumen pengamanan (safeguard)," ujarnya.

Anggito menilai, pemberlakuan PE bukan untuk meningkatkan penerimaan negara, tapi guna menjamin kebutuhan dalam negeri dan memanfaatkan windfall profit. Apalagi mengingat harga CPO di pasar internasional dalam dua tahun terakhir naik tajam. "Jika sekarang harga CPO turun, pemerintah juga secara bertahap menurunkan PE," tuturnya. ***

Source: investorindonesia.com

Pengapalan Sawit Mulai Menurun

Kamis, 23 Oktober 2008 20:59 WIB

MEDAN, KAMIS- Pengapalan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil/CPO di Belawan, Sumatera Utara, mulai menurun. Sebagian kapal menunggu muatan meski persediaan minyak sawit di tangki timbun banyak. Situasi ini mulai dimanfaatkan spekulan mencari kebun baru demi mendapatkan keuntungan tinggi.

"Hari ini pengapalan minyak sawit keluar pelabuhan sudah mulai turun. Kemarin ada empat kapal yang terjadwal belum sandar. Hari ini ada dua saja," kata Penyelia Perencanaan Pusat Pelayanan Satu Atap PT Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, Mulyono, Kamis (23/10) di Medan.

Mulyono menuturkan saat ini ada empat kapal yang bersandar di Terminal Curah Cair, Dermaga Ujung Baru, Pelabuhan Belawan, Medan. Kapal yang dimaksud antara lain; TK (Tongkang) Abadi (dari rengat) bongkar, MT G Mangalore, MT Yong Cheng, dan MT G Freezia. Adapun kapal pengngkut minyak sawit yang berada di lampu 1 Belawan MT Bold World dan MT Asia Star.

Di perairan yang sama, kapal CPO yang belum terjadwal ada enam kapal. Mereka, kata Mulyono belum jelas akan bersandar kapan di dermaga. Padahal sebagian tangki timbun dalam posisi penuh isinya. Mereka saya duga menunggu pemuatan sampai harga kembali membaik, tutur Mulyono.

Sekretaris I Gabungan Pengusana Indonesia (Gapki) Sumut Timbas Prasad Ginting mengatakan, sebagian pengusaha mulai melakukan negosiasi ulang. Negosiasi ulang ini terjadi lantaran harga CPO masih merugikan pengusaha.

Saat ini transaksi penjualan CPO yang dibuat dua bulan silam mulai berakhir. Mereka ada yang tidak lagi melanjutkan kontrak sambil menunggu perubahan harga.

NDY
Source: kompas.com

Pelemahan Ekonomi India & China Tak Pengaruhi CPO RI

Selasa, 21 Oktober 2008 - 15:19 wib
Nuria - Okezone


JAKARTA - Departemen Perdagangan memastikan permintaan minyak mentah CPO di India dan China akan tetap tumbuh di tengah krisis finansial global. Optimisme tersebut karena pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut tetap tinggi meski telah direvisi.
"Pertumbuhan ekonomi India dan China tetap positif. Revisi pertumbuhannya tetap positif," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di sela jumpa pers mengenai The 23rd Trade Expo Indonesia 2008, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/10/2008).
Maka itu, Mendag menilai ekspor CPO tetap tinggi. Dengan jatuhnya harga CPO, namun permintaanya tetap tinggi."Harga komoditas seperti CPO memang anjlok tapi sensitifnya sedikit terhadap penurunan ekspor. Negara seperti India dan China masih memerlukan CPO," jelasnya. (rhs)

source: okezone.com

Kekurangan Pajak Perusahaan Sawit dan Batubara Terus Dikejar

Jumat, 24/10/2008 15:05 WIB

Wahyu Daniel - detikFinance


Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak terus mengejar komitmen tunggakan pembayaran pajak perusahaan kelapa sawit dan batubara. Menurut komitmen sebelumnya perusahaan tersebut diberikan tenggat waktu sampai akhir tahun ini untuk menyelesaikan kewajibannya.


Dirjen Pajak Darmin Nasution mengatakan sampai saat ini perusahaan kelapa sawit dan batubara yang memiliki tunggakan pajak masih lamban pembayarannya. Memang ada 20 perusahaan kelapa sawit dan 3 perusahaan batubara besar yang saat ini sedang ditagih tunggakan pajaknya."Kalau sampai akhir tahun mereka tidak menyelesaikan komitmennya, kita akan tegas, kita kan punya kewenangan dengan UU untuk menagih dengan cara lain," tandasnya saat ditemui.


Darmin mengatakan dari perusahaan-perusahaan tersebut, besaran pembayaran tunggakan pajaknya beragam. "Ada yang sudah 80% atau 85%, ada yang baru 50% atau 55%, jadi macam-macam besarannya," ujarnya.Menurut laporan dari Ditjen Pajak sebelumnya, dari 20 perusahaan kelapa sawit dan 3 perusahaan batubara, nilai tunggakan pajaknya sekitar Rp 6 triliun.(dnl/ir)


source: detik.com

UMR Kini Ditentukan Pengusaha dan Buruh

Jumat, 24/10/2008 14:02 WIB

Suhendra - detikFinance


Jakarta - Pemerintah hari ini telah resmi menandatangi Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri mengenai penetapan Upah Minimum Regional (UMR). SKB ini intinya akan mengatur penetapan upah minimum berdasarkan negosiasi bipartit antara manajemen dan buruh.


Pemerintah kini tidak lagi 'ikut campur' dalam negosiasi UMR terutama dalam masa krisis global karena kalau kondisi normal melakukan negosiasi tripartit. SKB itu diteken oleh Menakertrans Erman Suparno, Menperin Fahmi Idris, Mendagri Mardianto dan Mendag Mari Elka Pangestu.


"Tadi pagi SKB 4 menteri baru saya teken, nanti sore mulai diberlakukan," ujar Menperin Fahmi Idris dalam jumpa pers di Gedung Depperin, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (24/10/2008).


Fahmi menuturkan tujuan SKB ini untuk mencegah dampak krisis finansial terhadap sektor-sektor riil, terutama untuk mencegah terjadinya PHK. Sebelumnya penetapan UMR itu ditetapkan oleh Undang-iundang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, namun dengan kondisi sekarang ini perlu dilakukan pendekatan khusus yaitu dengan bipartit. "Kalau pakai ini (undang-undang) bakal banyak yang meninggal (perusahaannya)," ujarnya.


Penetapan UMR ini diharapkan tidak melebihi dari pertumbuhan ekonomi karena akan berdampak pada tekanan sektor riil yang pada akhirnya memicu PHK.Dia juga mengatakan kontroversi bisa saja terjadi, namun dia mengharapkan hal itu bisa diselesaikan dengan baik-baik.Nanti ada pengumuman secara resmi oleh Menakertrans Erman Suparno kerja yang dihadiri oleh Apindo, Serikat Pekerja di Depnakertrans.

(ddn/ir)


source: detik.com

PE CPO November Jadi 2,5%

Rabu, 22/10/2008 17:46 WIB
Suhendra - detikFinance

Jakarta - Harga patokan ekspor (HPE) kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bulan November 2008 dipatok di US$ 572 per ton. Sehingga pajak ekspor (PE) yang akan diberlakukan pada bulan November sebesar 2,5%.

Artinya PE CPO bulan November turun jauh dari PE bulan Oktober yang hanya 7,5% dengan HPE US$ 736 per ton. penetapan HPE tersebut mengacu pada harga referensi CPO atau triger price CPO sebesar US$ 650 per tonHal ini dikatakan oleh Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun saat dihubungi detikFinance, Rabu (22/10/2008).

"PE November telah terjadi penurunan harga referensi sedikit dibawah US$ 650, oleh karena itu PE bulan November 2,5%," ungkapnya.

Dikatakannya informasi ini diperoleh dari hasil rapat mendadak di Departemen Perdagangan siang tadi. Derom yakin dengan PE yang semakin luruh dan mengarah ke angka 0%, volume dan nilai ekspor CPO bulan November bisa meningkat.

"Untuk ekspor November mungkin mengalami peningkatan," ujarnya.(hen/qom)

source: detik.com

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com