Thursday, November 13, 2008

Greenpeace Lanjutkan Aksi Protes di Dumai

Kamis, 13 November 2008 | 09:02 WIB
PEKANBARU, KAMIS - Aktivis Greenpeace tampaknya tidak kapok melakukan kampanye lingkungan di Provinsi Riau dan itu ditandai dengan kembali melakukan aksi bergelantungan di jangkar kapal tanker minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Pelabuhan Dumai.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar, ketika dihubungi Kamis (13/11), mengatakan, sasaran aksi penghadangan kini tertuju pada kapal MT Iso Corralo yang berbendera Malta.

Dikabarkan, aksi mengikat diri di rantai jangkar tersebut sudah dilakukan sejak Rabu malam (12/11) kemarin. Kapal tersebut direncanakan akan memuat minyak sawi mentah milik PT Sinar Mas untuk dikapalkan ke Rotterdam, Belanda.

"Aksi ini merupakan protes terhadap Sinar Mas yang terus menebangi hutan gambut di Papua, Kalimantan dan Sumatera," ujarnya.

Sebelumnya, aktivis lingkungan Greenpeace juga melakukan aksi yang sama dengan mengikat diri di rantai jangkar kapal tanker CPO Gran Couva tiga hari lalu. Aksi tersebut dihentikan paksa oleh polisi setempat.

source: kompas.com

Greenpeace: Organisasi Kelapa Sawit Tameng Perusak Lingkungan


Kamis, 13 November 2008 | 17:13 WIB
PEKANBARU, KAMIS - LSM lingkungan, Greenpeace, menyatakan organisasi internasional produsen kelapa sawit Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) hanya sebagai tameng anggotanya yang tetap merusak lingkungan. Juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar, dihubungi dari Pekanbaru Kamis (13/11) mengatakan, berdasarkan penelitian Greenpeace, RSPO tidak lebih dari sekedar tameng agar perusahaan yang masuk dalam organisasi itu terkesan ramah lingkungan.

Sertifikasi RSPO memang menuntut perusahaan mematuhi ketentuan standar mengenai perkebunan, namun tidak melarang pembukaan hutan bahkan di lahan gambut sekali pun. Padahal lahan gambut merupakan faktor penting dalam memerangi perubahan iklim.

Pembukaan lahan, pengeringan, dan pembakaran hutan-hutan gambut telah menempatkan Indonesia sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga dunia. Sementara anggota-anggota RSPO tidak diwajibkan mengubah perilaku kerjanya.

"Dengan laju pembabatan dan pembakaran hutan saat ini, hutan dataran rendah Indonesia sebagian besar akan hilang dalam waktu 15 tahun mendatang, standar RSPO tidak memadai, dan kerangka kerjanya tidak akan memecahkan masalah deforestasi di Asia Tenggara. Industri bersama pemerintah harus mengambil tindakan segera untuk melindungi hutan kita," ujar Bustar.

Salah satu perusahaan bersertifikasi RSPO, United Plantations, yang juga pemasok Nestle dan Unilever, terlibat kegiatan deforestasi di lahan gambut Kalimantan yang rentan, Papua, dan mempunyai rencana-rencana perluasan perkebunan yang agresif.

Greenpeace, kata Bustar, hingga kini masih melakukan penghadangan terhadap sebuah kapal tanker pengangkut CPO di pelabuhan Dumai. Seorang aktivis Greenpeace sejak Rabu malam (12/11) menguncikan dirinya ke rantai jangkar kapal Isola Corallo untuk mencegah kapal merapat ke pelabuhan. Kapal berbendera Malta itu dikabarkan akan mengangkut CPO milik perusahaan Sinar Mas tujuan Rotterdam, Belanda.

WAH
Sumber : Antara

source: kompas.com

Sumsel Dapat Tambahan Urea 35.000 Ton

Kamis, 13 November 2008 | 19:07 WIB

PALEMBANG, KAMIS — Provinsi Sumatera Selatan mendapat tambahan pupuk urea bersubsidi untuk tanaman pangan sebanyak 35.000 ton. Pemerintah telah menambah alokasi pupuk urea bersubsidi di 20 provinsi termasuk Sumsel sebanyak 200.000 ton, untuk mengatasi kekurangan pupuk pada musim tanam rendeng.

Kepala Pemasaran Pusri Daerah (PPD) Sumsel PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Sulfa Gani, Kamis (13/11) mengutarakan, penambahan itu berdasarkan usulan tambahan pupuk urea bersubsidi dari Gubernur Sumsel kepada Menteri Pertanian yang jumlahnya 35.000 ton.

Menurut Sulfa, tambahan pupuk urea tersebut diprioritaskan untuk daerah penghasil beras utama di Sumsel yaitu Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ulu Timur. Sedangkan sisanya akan didistribusikan untuk kabupaten/kota lain di Sumsel.

Sebelum mendapat tambahan 35.000 ton, pada tahun 2008 Sumsel mendapat alokasi pupuk urea bersubsidi sebanyak 165.483 ton kemudian direvisi menjadi 175.483 ton.

Stok pupuk urea di gudang PT Pusri di Sumsel saat ini 22.207 ton, sedangkan stok di pabrik berupa urea curah dan urea dalam kantong sebanyak 44.000 ton. Penyaluran pupuk urea bersubsidi di Sumsel per 1 Januari-11 November telah mencapai 165.000 ton.

source: kompas.com

Wah... Kecambah Sawit Diselundupkan Lewat Pos

Kamis, 13 November 2008 | 19:16 WIB

MEDAN, KAMIS- Penyelundupan kecambah sawit memakai modus baru. Pengirim tidak lagi memakai kargo pesawat, melainkan memakai kargo PT Pos. Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Polonia Medan telah menyita 30.000 kecambah tujuan Kendari, Sulawesi Tenggara.

"Pengiriman melalui pos ini ilegal karena tidak dilengkapi dokumen resmi. Barang mereka disebut berasal dari PT Socfindo. Namun setelah kami cek ke produsen, tidak ada barang yang mereka keluarkan ke Kendari bulan ini," kata Kepala Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Polonia, Guntur, Kamis (13/11), saat ditemui di kantornya.

Menurut Guntur, pengirim tidak melengkapi dokumen berupa Surat Persetujuan Penyeluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS), surat pemeriksaan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP), dan dokumen Delivery Order (DO) yang sah. Kecambah ini berdasarkan dokumen dikirim oleh PT Damai Jaya Lestari berkantor di Medan.

Petugas Balai Karantina selanjutnya menyerahkan kecambah ilegal ini ke (BBP2TP) di Medan. Penyitaaan kecambah sawit ilegal ini merupakan yang kedua di tahun 2008. Pada Februari lalu, disita 10.250 kecambah tanpa dokumen yang dikirim melalui kargo pesawat. "Pemakaian kargo pos merupakan cara baru yang kami temukan," katanya.

Pengawas Benih d ari BBP2TP di Medan Panangian Sitorus akan memproses temuan ini sesuai prosedur hukum. Minggu ini, tuturnya, BBP2TP akan memanggil pemilik barang.

Bagian Pemasaran PT Socfindo Eko Darmawan mengatakan, penjualan kecambah ini merugikan produsen dan konsumen. Tidak ada jaminan mutu jika kecambah ini beredar di masyarakat. Jika dikonversikan, seluruh kecambah ilegal ini bernilai Rp 285 juta. "Pihak yang paling dirugikan adalah petani selaku pengguna kecambah," katanya.

source: kompas.com

Produsen Siap Negosiasi Ulang Kontrak CPO

Kamis, 13/11/2008 15:43 WIB
Suhendra - detikFinance

Jakarta - Para produsen sektor sawit termasuk produk sawit mentah atau crude palm
oil (CPO) dalam negeri siap melakukan renegoisasi kontrak dengan 30 importir India yang ingkar kontrak beberapa waktu lalu.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
(Gapki) Akmaluddin Hasibuan saat dihubungi detikFinance, Kamis (13/11/2008).

"Soal renegoisasi kontrak itu memang tergantung perusahaan ya. Kalau mau, ya itu bisa dilakukan," katanya.

Berdasarkan perkembangan terakhir yang ia terima dari kalangan asosiasi dan pemerintah India, surat keberatan Gapki terhadap 30 importir sudah mendapat respon pihak pemerintah India. Dari pemanggilan itu terdapat keinginan importir untuk meminta renegosiasi ulang kontrak CPO.

"Pemerintah negara India mulai merespon, dengan memanggil pengusaha untuk negosiasi ulang," katanya.

Menurut Akmaluddin, alasan pihaknya bersedia merenegosiasi kontrak dengan 30 importir tersebut karena bisa menekan kejatuhan harga CPO yang kini kian
luruh diangka sekitar US$ 500-an per metrik ton.

Namun ia menyatakan, selama ini kejatuhan harga CPO bukan hanya turunnya demand. Tetapi pembatalan kontrak atau ingkar kontrak pun turut memicu kejatuhan harga.

"Dengan pembatalan kontrak menyebabkan harga bisa jatuh karena terkesan tidak ada demand," jelasnya.(hen/lih)

source: detik.com

Harga urea di pasar internasional anjlok 70%, Produsen pupuk enggan turunkan harga

Kamis, 13/11/2008

JAKARTA: Harga pupuk urea nonsubsidi di dalam negeri untuk sektor perkebunan tidak akan diturunkan pada tahun ini, kendati di pasar international harganya telah turun secara signifikan pada kuartal IV/2008.

Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Hidayat Nyakman menjelaskan harga urea nonsubsidi di pasar domestik tetap dipatok sekitar Rp5.000 per kg, atau setara US$480 per ton kendati saat ini terjadi koreksi yang sangat tajam atas harga urea prill (butiran kecil) dan granule (butiran besar) di pasar dunia.

Berdasarkan harga acuan yang dirilis Fertecon (fertilizer economic market analysis and consultancy) harga urea prill pada pekan kedua November anjlok hingga 70% dari US$800 per ton pada akhir September menjadi US$240,5 - US$242,5 per ton. Sementara itu, harga urea granule tertekan 67,4% dari US$835 per ton menjadi US$272,25-US$310 per ton.

"Harga urea [nonsubsidi] tidak turun atau masih tetap dipatok sesuai dengan mekanisme pasar domestik. Penurunan harga sulit dilakukan mengingat urea tersebut diproduksi menggunakan bahan baku [gas] yang saat itu harganya masih tinggi," kata Hidayat ketika dikonfirmasi, kemarin.

Selama ini, lanjutnya, PKT terikat kontrak pasokan gas dengan tingkat harga sesuai dengan formula yang disepakati dan dievalusi setiap 3 bulan.

Kontrak gas

Berdasarkan data terakhir, harga? kontrak gas dengan sejumlah produsen a.l. PT Total? Indonesie EP masih berkisar US$10-US$10,5 per juta Btu (British thermal unit) untuk periode Oktober-Desember 2008.

Padahal, kemarin, berdasarkan situs Bloomberg, harga gas alam di sejumlah pusat transaksi komoditas Amerika Serikat terkoreksi antara US$6,7-US$7,58 per juta Btu.

"Komposisi bahan baku dalam pembentukan harga pokok masih cukup besar. Jika harga gas turun, kami tentu akan menyesuaikan, tetapi penurunan harga akan sulit dilakukan pada tahun ini. Mudah-mudahan untuk periode kontrak Januari-Maret 2009, harga gas bisa turun signifikan sehingga harga jual juga dapat diturunkan," ujarnya.

Penurunan harga gas pada kuartal IV/2008, ungkap Hidayat, ikut menyebabkan PKT terancam rugi hingga US$3,6 juta mengingat BUMN itu masih berkewajiban memasok amonia? ke PT Petrokimia Gresik sekitar 20.000 hingga 30.000 ton hingga akhir tahun.

"Kami berpotensi merugi sekitar US$120 per ton karena kontrak harga gasnya masih menggunakan skala harga lama untuk periode Oktober-Desember, meskipun pada kuartal IV ini harga gas sudah menurun. Karena itu, kami akan mengurangi penjualan amonia dan dibatasi hanya memasok ke Petrogres untuk meminimalisasi kerugian yang lebih besar," paparnya.

Dirjen Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian Benny Wachjudi mengakui konsumen di sektor perkebunan dan industri?? protes karena harga urea nonsubsidi di pasar domestik lebih tinggi dibandingkan dengan harga internasional.

Apabila keadaan tersebut berlanjut, ujarnya, konsumen perkebunan dan industri akan memilih untuk mengimpor urea.

"Pemerintah tidak bisa melarang rencana impor itu karena memang tidak diatur. Yang diatur pemerintah hanya terkait dengan pemenuhan SNI. Impor urea nonsubsidi selama saat ini dilakukan oleh importir umum."

Pasokan urea nonsubsidi untuk sektor perkebunan dan industri setiap tahun rata-rata mencapai 1,5 juta ton atau sekitar 25% dari total produksi nasional.

Sementara itu, 75% sisanya sebanyak 4,5 juta ton dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan urea bersubsidi bagi petani. (yusuf.waluyo@bisnis. co.id)

Oleh Yusuf Waluyo Jati
Bisnis Indonesia

source: bisnis.com

CPO terpukul pelemahan minyak

Kamis, 13/11/2008

KUALA LUMPUR:? Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah pada hari kedua perdagangan dan mendekati level terendah setidaknya dalam satu pekan terakhir menyusul penurunan prospek permintaan biofuel.

Kontrak CPO untuk pengiriman Januari turun sekitar 5,1% menjadi RM1.505 setara dengan US$419 per ton di Malaysia Derivatives Exchange.?

JPMorgan memangkas perkiraan harga CPO tahun depan menjadi hanya RM1.580 per ton lebih rendah dari estimasi awal yang masih RM2.200 per ton. (Bloomberg/luz)

source: bisnis.com

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com