Friday, October 17, 2008

Di Balik Anjloknya Harga Sawit

Jumat, 17 Oktober 2008 00:01 WIB
Harga tandan buah segar yang semula Rp2.800 per kilogram, tiba-tiba terpuruk ke angka Rp250 per kilogram.
SIANG itu Yono bersama para petani sawit hanya tampak duduk di bangku tempat penimbangan sawit rakyat sambil menghisap sebatang rokok. Sejak harga tandan buah segar turun, petani di sana lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk dan berkumpul di warung yang bersebelahan dengan tempat penimbangan sawit.Biasanya siang itu, Yono bersama puluhan petani lainnya sudah berada di tengah rerimbunan pohon kelapa sawit yang teduh.Mereka memetik tandan demi tandan buah sawit dengan besi runcing berbentuk tombak.Kini rutinitas itu tidak lagi dilakukan para petani. Kebun sawit yang selalu menjadi sahabat setia dalam keseharian mulai tampak sepi dari aktivitas mendodos (memanen)."Jika harga tandan buah segar turun lagi, kami tidak akan mendodos. Kami akan biarkan buah-buah sawit itu membusuk di pohon," kata Yono, 39, petani sawit di Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, saat Media Indonesia menghampirinya, kemarin (15/10).Yono bersama puluhan petani sawit di Kecamatan Kempas hanya bisa pasrah tatkala harga tandan buah segar turun drastis ke level terendah Rp250 per kilogram.Mereka sama sekali tidak menyangka, hanya dalam hitungan hari pasca-Lebaran, harga tandan buah segar yang semula Rp2.800 per kilogram, tiba-tiba terpuruk ke angka Rp250 per kilogram."Kami hingga kini tidak tahu sama sekali kenapa harga sawit anjlok. Sebagai petani kami hanya bisa berharap pemerintah dapat memperhatikan nasib petani yang nasibnya kian hari kian menjerit," ujarnya.Menurut Yono, sejak harga TBS terpuruk, ekonomi ratusan petani yang mengantungkan hidup dengan berkebun sawit mulai terpukul. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu harga sawit kembali normal.Sebagian petani kini juga sudah mulai meminjam uang ke tengkulak untuk menutupi biaya hidup sehari-hari. Anjloknya harga sawit menjadi dilema bagi ratusan petani di Kabupaten Indragiri Hilir.Hasil memetik dan memanen sawit yang cuma dihargai dengan Rp250 per kilogram sama sekali tidak memberikan secercah harapan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Saat ini untuk mendodos sawit dan melangsir ke tepi jalan saja mereka harus mengeluarkan biaya operasional Rp200 per kilogram.Sementara sisa penjualan yang didapat sekitar Rp50 per kilogram hanya cukup untuk membersihkan pokok sawit agar dahan dan pohonnya tidak membusuk."Jadi sama sekali kami tidak mendapat apa-apa bila tetap harus memanen sawit," keluh Yono.Bila dalam beberapa hari ke depan harga TBS terus anjlok, ratusan petani di Kecamatan Kempas akan membawa hasil panennya untuk di tumpuk dan dibiarkan membusuk di depan kantor Bupati dan DPRD Indragiri Hilir sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang dinilai lamban memperhatikan nasib petani.Kondisi serupa juga dialami oleh para petani sawit di Kabupaten Kuantan Singingi Siak, Kampar, Pelalawan, Bengkalis, dan Kota Dumai.Sementara itu, Abdul Kadir, 50, petani sawit di Kabupaten Kampar menyebutkan, kondisi petani sawit semakin sulit karena harga-harga pupuk juga terus mengalami peningkatan.Harga pupuk di tingkat petani terus mengalami kenaikan. Misalnya, NPK saat ini sudah mencapai Rp500.000 per karung, urea Rp300.000 per karung, dan KCL Rp400.000 per karung.Dilema yang dialami oleh para petani sawit saat ini memang begitu berat. Impian untuk bisa hidup sejahtera lewat bertani sawit, kini berangsur-angsur pudar oleh kondisi yang sama sekali tidak mereka ketahui apa sebabnya.Bila harga tandan buah segar terus mengalami penurunan, sudah bisa dipastikan ribuan petani sawit akan jatuh dan terperosok kembali ke jurang kemiskinan. (N-4)
Benny Andriyos
source: mediaindonesia.com

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com