Tuesday, November 4, 2008

Harga sawit diprediksi naik Rp100 per kg

Selasa, 04/11/2008

JAKARTA: Petani kelapa sawit bakal menikmati kenaikan harga tandan buah segar (TBS) hingga Rp100 per kilogram setelah harga batas bawah pengenaan pungutan ekspor minyak sawit naik menjadi US$700 per ton.

Kenaikan itu mengkonversi kerugian petani yang sempat kehilangan US$0,14 per ton pada setiap perubahan 1% PE di basis harga CPO US$650 per ton.

Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Mangga Barani menuturkan revisi harga batas bawah yang ditetapkan melalui Permenkeu No. 159/PMK.011/2008 pada 30 Oktober 2008 diperlukan untuk menolong harga CPO yang tengah melemah.

"Harga di petani lepas sekitar Rp300-Rp400 per kg. Namun, kalau di kemitraan masih di kisaran Rp600-Rp800 per kg. Kalau PE 0%, pasti ini akan ada kenaikan," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsyad membenarkan kenaikan harga batas bawah pengenaan CPO itu akan menurunkan PE menjadi 0% pada bulan ini.

"Kalau PE 0%, harga TBS juga ikut terdongkrak karena harga jual CPO bisa naik sekitar Rp300-Rp400 per kilogram. Dengan begitu harga TBS petani bisa ikut naik Rp75-Rp100 per kg," katanya.

Harga rata-rata CPO di Rotterdam pada Agustus yang mencapai US$975 per ton terus melemah hingga tercatat hanya US$650 per ton untuk rata-rata harga bulan lalu.

Akibatnya, harga CPO lokal sekitar Rp6.900 per kg pada bulan kesembilan tahun ini turun menjadi Rp4.500 per kg bulan ini sehingga menggerus harga TBS di petani menjadi hanya Rp400 per kg.

Imbas krisis

Kalangan pelaku usaha perkebunan juga mengakui kebijakan baru untuk komoditas CPO itu positif membantu kinerja sektor yang terkena imbas krisis global dan harga komoditas yang jatuh.

Wakil Direktur Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (Smart) Tbk Daud Dharsono menyatakan reaksi pemerintah yang responsif menghadapi penurunan harga komoditas dengan mengubah harga batas bawah pengenaan PE cukup positif.

"Biaya produksi sudah telanjur tinggi dan tidak mungkin turun. Sewaktu solar Rp11.000 per liter, biaya kita sudah US$425-US$450 per ton. Padahal, harga sempat turun US$380 per ton pada Oktober. Kalau PE 0%, akan ada kenaikan harga jual CPO sekitar Rp300-Rp400 per kg."

Dia mengakui harga TBS di tingkat petani yang bermitra dengan perusahaan inti jauh lebih terkendali dibandingkan dengan harga yang diterima petani lokal.

Petani kelapa sawit lepas, ujarnya, terganjal penetapan harga TBS yang dikuasai pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul ini memukul harga jual petani lepas hingga 40% di bawah harga jual petani yang melakukan kemitraan.

Harga CPO hingga 2010, dia memproyeksi, akan cenderung tetap fluktuatif karena suplai yang masih bagus tidak diimbangi dengan pertumbuhan permintaan yang signifikan karena pengaruh krisis global.

Sementara itu, kenaikan biaya produksi, khususnya harga pupuk, akan menyebabkan penurunan produksi CPO nasional dalam 2 tahun ke depan.

"Yield-nya akan turun karena kurang pupuk. Ini akan terasa pada 2010. Jadi perkiraan saya, harga CPO akan mencapai titik keseimbangan baru pada awal 2010." (aprika.hernanda@ bisnis.co.id)

Oleh Aprika R. Hernanda
Bisnis Indonesia

source: bisnis.com

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com