Tuesday, November 4, 2008

Ribuan buruh kebun sawit berisiko di-PHK

Selasa, 04/11/2008

PALEMBANG: Sedikitnya 300.000 pekerja lepas (buruh harian) perkebunan sawit di Sumatra Selatan terancam pemutusan hubungan kerja (PHK), akibat berlanjutnya tren penurunan harga kelapa sawit di pasar internasional.

"Kalau kondisi ini tidak berubah hingga akhir tahun, PHK bisa saja terjadi pada buruh harian lepas. Artinya, itu jalan terbaik buat perusahaan perkebunan," kata Syamsir Syahbana, Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumsel (GPPS), di Palembang, pekan lalu.

Dia mengatakan kondisi harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang terus tertekan sangat mungkin menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi di seluruh lini guna mengurangi biaya operasi, produksi, bahkan perampingan struktur organisasi.

Dengan kata lain, Syamsir mengungkapkan, 300.000 buruh lepas yang tersebar di 131 perusahaan perkebunan kelapa sawit baik modal asing maupun domestik itulah yang menjadi pilihan terakhir untuk dikorbankan alias di-PHK.

Namun, pihaknya tetap akan menunggu perkembangan hingga semester II/2009. Apabila kondisi tetap seperti ini, pasti kondisi buruk akan terjadi pada buruh, sebab perusahaan tidak mungkin mampu menutupi harga produksi CPO sementara harga jual makin merosot.

"Kita juga tetap optimistis krisis akan pulih dan harga serta pemesanan CPO akan kembali naik. Tapi, bila tidak sesuai dengan harapan, tentu juga harus realistis menghadapi kondisi yang ada," tuturnya.

Saat ini, sambungnya, harga tandan buah segar (TBS) sawit di Sumsel, khusus untuk plasma? berada pada sekitar Rp900 per kg-Rp920 per kg.? Namun, jika dalam jangka pendek tidak juga ada perbaikan harga, dalam waktu dekat sekitar 10% dari buruh lepas itu akan di-PHK.

Efisiensi SDM

Dimintai komentarnya secara terpisah, General Manager Mitra Ogan, salah satu produsen CPO di Sumsel, Pangolio Sitompul mengatakan saat ini perusahaan belum melakukan hitung-hitungan mengenai efisiensi sumber daya manusia.

Menurut dia, saat ini manajemen memilih untuk lebih fokus pada persoalan teknis produksi yang terus mengalami kerugian, dan sedang merumuskan sejumlah alternatif untuk mengompensasi kerugian tersebut.

"Kami sekarang fokus bagaimana produksi bisa berlangsung terus tanpa ada hambatan. Sama sekali belum ada hitungan soal efisiensi SDM atau PHK," ujarnya.

Dia menjelaskan hitungan menyangkut efisiensi sumber daya manusia merupakan pilihan terakhir apabila perusahaan tidak sanggup lagi menyelesaikan persoalan teknis yang menyangkut aspek produksi. (k49)

Bisnis Indonesia

source: bisnis.com

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com