Thursday, October 30, 2008

Ekspor Minyak Sawit Indonesia Masih Terbesar

Kamis, 30 Oktober 2008 | 17:33 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta: Indonesia berpeluang menjadi negara produsen dan pengekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah terbesar di dunia pada 2010. Peluang ini melihat potensi sumber daya alam yang ada.

Namun turunnya harga CPO membuat para ahli, pelaku bisnis, dan Departemen Pertanian mendorong dibuatnya produk turunan dari minyak sawit ke berbagai produk.

Hal tersebut terungkap dalam seminar "Membangun Kelapa Sawit yang Lestari untuk Industri Pangan, Energi, dan Oleokimia (produk turunan) Lainnya" di Gedung Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor Kampus Gunung Gede, Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/10).

Menteri Pertanian Anton Apriantono dalam sambutan tertulisnya mengatakan ekpor kelapa sawit Indonesia masih terbesar di dunia. Ia menggambarkan perkembangan kelapa sawi pada 2007 seluas 6,78 hektar dengan produksi CPO sebesar 17,38 juta.

Sementara itu, devisa yang diterima dari ekspor minyak kelapa dan produk turunannya (oleokimia) pada 2007 sebesar 11,9 juta ton atau senilai US$ 7,9 miliar dolar (sekitar Rp 85 triliun).

Saat ini Indonesia memiliki sekitar 850 ribu hektar kebun kelapa sawit dan areal swadaya seluas 1.715 ribu hektar dengan melibatkan lebih dari 1.282 ribu kepala keluara petani.

Apalagi dalam program revitalisasi perkebunan telah disepakati pendanaan perkebunan rakyat seluas lebih dari 100 ribu hektar. “Pada bidang lain kami juga sedang membangun pabrik biodiesel dengan kapasitas 2,5 juta ton,” kata Menteri Anton.

Di tempat yang sama, Direktur Industri Kimia Hulu Direktorat Jenderal Indsutru Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian Alexander Barus, mengungkapkan, saat ini produk CPO di Indonesia sangat melimpah namun harganya sedang jatuh. Hal ini disebabkan pengaruh krisis keuangan global. “Banyak negara Eropa yang menahan uangnya untuk tidak membeli CPO kita,” tuturnya.

Untuk mengantisipasi terpuruknya harga CPO, Pemerintah mendorong produk turunan pangan seperti minyak goreng, margarin, cocoa butter, reodroan, palm oil, dan lainnya. Kelompok oleokimia yang bisa diproduksi yakni fatty aceid, fatty alcohol, gliserin dan lilin.

Sedangkan kelompok energi untuk membuat acid methil ester. “Kami juga mendorong agar industri jangan hanya di hulu tetapi sampai ke hilir dengan memproduksi produk turunannya,” ujar Alexander.

Deffan Purnama

source: tempo.co.id

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com