Thursday, October 30, 2008

“PE Nol Persen Terlambat”

Kamis, 30-10-2008
MedanBisnis – Jakarta

Produsen minyak kelapa sawit (CPO) memperkirakan target ekspor CPO sebanyak 14 juta ton tidak bisa tercapai meski pemerintah telah memutuskan penurunan Pungutan Ekspor (PE) CPO November dari 2,5% menjadi nol persen.

“Ini kebijakan yang sebenarnya sedikit terlambat. Sekarang masalahnya permintaan turun akibat krisis keuangan global yang berdampak pada turunnya konsumsi,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Akmaluddin Hasibuan, di Jakarta, Rabu.

Turunnya konsumsi CPO di negara tujuan ekspor menyebabkan terjadinya pembatalan kontrak oleh importir terutama dari China dan India. Selain itu, India juga ditengarai sedang berencana menaikkan kembali bea masuk (BM) impornya karena harga CPO terus mengalami penurunan. “Stok sekarang 2,4 juta ton menandakan demand di luar negeri sedang turun,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia berharap kewajiban penggunaan bahan bakar nabati bagi transportasi, industri, komersial dan pembangkit listrik dalam negeri dapat menyerap kelebihan pasokan CPO yang tidak bisa diekspor dan mendongkrak harga. “Harga tender CPO Rp4.100 per kg, tapi harga itu terlalu bawah sehingga kita tidak melakukan tender,” ujarnya seraya menambahkan harga CPO yang ideal adalah sekitar Rp5.500 per kg.

Target Tak Tercapai
Ketua Harian Gapki, Derom Bangun mengatakan, target ekspor CPO kemungkinan tidak tercapai mengingat banyaknya pembatalan kontrak yang terjadi dan turunnya harga minyak mentah dunia yang menyebabkan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) naik dan bahan bakar nabati (BBN) turun. “Rata-rata ekspor per bulan memang sebesar 1 juta ton. Tapi, ekspor bulan Nopember nanti saya kira tidak mencapai satu juta ton, perkiraan saya sekitar 500-700 ribu ton,” ujar Derom.

Gapki menargetkan ekspor CPO tahun 2008 ini mencapai 14 juta metrik ton dari produksi tahun 2008 sebanyak 18,8 juta metrik ton. Sisanya sebanyak 4,8 juta metrik ton diserap pasar dalam negeri. Ekspor tahun 2007 tercatat sekitar 12,6 juta metrik ton. Ekspor CPO terutama ditunjukan ke Belanda, India, Jerman, Italia, Spanyol, dan Cina.

Data Gapki per akhir Juli 2008 menyebutkan, ekspor CPO baru mencapai 8 juta metrik ton. Derom mengaku ragu volume ekspor CPO dalam enam bulan terakhir bisa mencapai 6 juta ton atau rata-rata satu juta ton per bulan.

Terkait kebijakan PE CPO nol persen, menurut dia, hal itu membuktikan pemerintah masih peduli pada nasib pengusaha dan petani. Namun, dengan anjloknya harga CPO maka dampaknya terhadap kinerja ekspor tidak terlalu besar. “Tapi, tentu saja kami sangat merespon positif upaya pemerintah yang bertindak cepat menjadikan PE CPO nol persen, supaya ekspor tidak tertahan dan harga Tandan Buah Sawit (TBS) di tingkat petani bisa naik, meski perhitungan saat ini kenaikannya masih sedikit,” jelasnya.
Dia memperkirakan harga TBS di tingkat petani yang saat ini hanya Rp300 per kg bisa naik Rp100 per kg saja. Selama ini, PE dibebankan eksportir kepada petani dengan mengurangi harga beli. (ant/dtf)

source: medanbisnisonline.com

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com