Thursday, October 30, 2008

Harga TBS Kelapa Sawit Terus Anjlok

ekonomi
Rabu, 29 Oktober 2008 - 10:09 wib

MEDAN - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terpuruk hingga di bawah Rp200 per kg. Akibatnya, petani tidak memanen karena biaya operasional lebih tinggi.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumatera Utara (Sumut) Timbas Ginting mengatakan, penurunan harga minyak internasional menyeret harga kelapa sawit ke level terendah. Dengan kondisi ini, Pabrik Kelapa Sawit Tanpa Kebun (PKSTK) kini kesulitan bahan baku akibat tidak ada pasokan dari petani."Pabrik yang tidak memiliki kebun dan pabrik dengan 30 persen bahan baku dari rakyat kekurangan pasokan, karena banyak petani tidak melakukan panen," ujar Timbas di Medan.

Saat ini terdapat 21 PKSTK yang tersebar di Sumut yang bergantung pada pasokan bahan baku dari petani. Hanya pabrik kelapa sawit PTPN yang tidak menggunakan pasokan bahan baku dari hasil perkebunan rakyat. Dengan demikian, sebagian pabrik di Sumut masih membutuhkan pasokan dari petani, setidaknya 30 persen dari kapasitas produksi. Menurut dia, pemilik pabrik tidak mampu menaikkan harga sawit agar petani tetap melakukan panen.

Persoalannya, harga saat ini sudah sangat tipis dengan biaya produksi. "Pabrikan saat ini masih menghargai kelapa sawit pada kisaran Rp600-700 per kg. Sementara harga di tingkat petani ditentukan pengumpul atau lebih murah, karena dipotong biaya transportasi," jelas Timbas.

Dengan harga pabrik Rp600-700 per kg, harga TBS di tingkat petani akan bervariasi tergantung jarak dari pabrik. Harga bisa dibanderol mulai Rp300 ke bawah. Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Asmar Arsyad mengatakan, harga impas (break even point/BEP) kelapa sawit petani setidaknya Rp400 per kg.

Jadi, wajar jika petani tidak memanen karena harga kelapa sawit di bawah Rp300 per kg.Apalagi lokasi kebun jauh dari jalan raya, maka TBS hanya dihargai Rp150 per kg. "Untuk biaya dodos (alat pemetik buah sawit) dan pemikulan ke pinggir jalan saja, harga Rp150 tidak cukup. Padahal, kebun sawit rakyat kebanyakan jauh dari pabrik,"ujarnya.

Luas perkebunan kelapa sawit rakyat mencapai sekitar 32 persen dari total luas perkebunan sawit di Sumut. Berdasarkan data 2007, luas perkebunan rakyat mencapai 354.044 ha, 302.241 ha milik PTPN, dan 436.970 ha milik perusahaan swasta.

Khaidir Aprin, 48, petani asal Asahan, mengatakan sebagian petani saat ini menyerahkan kelapa sawitnya untuk dipetik siapa saja tanpa dipungut bayaran."Sebab, jika tandan matang tidak diturunkan akan merusak tanaman kelapa sawit," katanya. Tindakan itu dilakukan warga yang memiliki kebun jauh dari pabrik. Meski sudah diserahkan begitu saja, tidak semua kelapa sawit dipanen, karena biaya pemetikan tidak sesuai lagi dengan harga jual.

Petani lainnya, Kamil, 50, warga Padang Lawas, menyatakan sudah dua pekan terakhir harga sawit mereka jual seharga Rp200 per kg. "Terpaksalah, karena harga kelapa sawit saat ini untuk biaya hidup saja tidak cukup," ujarnya.

Biodiesel

Sementara itu, pemerintah meminta produsen biodiesel segera meningkatkan kapasitas produksinya dengan menyerap sebanyak-banyaknya kelapa sawit yang kini sedang melimpah. Dirjen Migas Departemen ESDM Evita Legowo mengatakan, penurunan harga kelapa sawit belakangan ini membuat harga biodiesel akan semakin kompetitif.

"Pengusaha harus menangkap peluang ini," katanya. Apalagi, lanjutnya, PT Pertamina sudah berkomitmen menyerap secara maksimal produk biodiesel. Evita menambahkan, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No32/ 2008 yang mewajibkan pemanfaatan bahan bakar nabati bagi industri. (sindo//rhs)

source: okezone.com

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com