Thursday, October 30, 2008

Timbang-timbang Saham CPO

30/10/2008 05:57
Asteria

INILAH.COM, Jakarta – Harga komoditas dunia yang anjlok membuat saham berbasis perkebunan minyak kelapa sawit dihindari investor. Namun, berbagai sentimen masih perlu dicermati karena saham sektor ini masih memiliki potensi menarik.

Pada penutupan perdagangan Rabu (29/10), saham-saham perkebunan minyak kelapa sawit (CPO) terpantau bergerak variatif. Saham PT Astra Agro Lestari (AALI) menguat 100 poin ke level Rp 4.700, setelah sebelumnya terperosok jauh dari posisi awal Oktober di level Rp 10.000 dan di awal September di level Rp 18.200 per lembarnya.

Demikian juga saham PT London Sumatera Plantations (LSIP) terpantau naik 90 poin ke Rp 1.570, setelah awal Oktober bertengger di level Rp 2.675 dan awal September di level Rp 5.900.

Adapun saham PT Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) tercatat terus melemah. Kemarin saham ini turun 20 poin ke level Rp 205, setelah awal Oktober di level Rp 460 dan awal September lalu masih bercokol di harga Rp 1.170 per lembar.

Secara keseluruhan sejak awal September hingga hari ini, saham UNSP anjlok paling parah yaitu mencapai 47,07%, diikuti AALI yang turun 28,7%, dan kemudian LSIP yang jatuh 27,8%. Jatuhnya saham CPO dipicu melorotnya harga minyak kelapa sawit di pasar internasional.

Harga CPO di Rotterdam untuk pengiriman November-Desember 2008, terpantau turun US$ 60 (12,1%) menjadi US$ 435 per ton. Padahal awal bulan ini saja, harga CPO masih di level US$ 675 per ton.

Analis Ikhsan Binarto mengatakan, harga CPO masih akan mengalami pelemahan karena merosotnya permintaan dunia sebagai dampak dari resesi. Namun, lanjutnya, yang lebih dikhawatirkan sebenarnya adalah penurunan demand CPO dari China akibat pelambatan ekonomi di negeri tirai bambu tersebut.

Pasalnya, produksi minyak kelapa sawit Indonesia lebih banyak diolah menjadi minyak sayur (cooking oil) yang menjadi konsumsi China. Sedangkan industri sawit Indonesia tidak banyak mengolah CPO menjadi biofuel yang banyak dikonsumsi negara besar seperti AS dan Eropa.

Penurunan harga komoditas pun berimbas pada kinerja perseroan. Lihat saja UNSP yang semula optimistis dapat mencapai target perseroan, mulai menunjukkan keraguannya.

Pada paparan publik beberapa waktu lalu, manajemen mengatakan kinerja perseroan pada kuartal IV 2008 akan melemah sehingga target laba bersih perseroan tahun 2008 sebesar Rp 600 miliar diperkirakan tidak tercapai. Adapun konsensus laba bersih UNSP untuk 2008 adalah Rp 504 miliar.

Sementara perusahaan perkebunan sawit LSIP melakukan pembelian kembali saham (buyback) untuk mendongkrak nilai sahamnya. LSIP menganggarkan dana Rp 627,7 miliar untuk buyback saham untuk membeli 3,145 juta unit senilai Rp 6,231 miliar. Jumlah maksimal saham yang akan dibeli kembali sebanyak 20%.

Adapun kinerja AALI pada kuartal ketiga 2008 menunjukkan peningkatan penjualan bersih 62,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 6,7 triliun. Sedangkan laba bersih konsolidasi naik 65,6% menjadi Rp 2,1 triliun.

Kendati menunjukkan peningkatan, penjualan bersih AALI sebenarnya turun 13,4% dibanding kuartal kedua kemarin. Demikian juga laba bersih yang turun 30,9%. Hal ini disebabkan harga jual CPO kuartal ketiga ini yang merosot 15,2% menjadi Rp 7,285 dari sebelumnya Rp 8,587.

Namun, analis Kresna Graha Sekurindo Jordan Zulkarnaen mengatakan, sektor perkebunan CPO sebenarnya masih mengalami pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi.

Hal ini mengingat, minyak kelapa sawit adalah salah satu kebutuhan pokok energi atau energi alternatif primer pertama. “Demandnya masih akan terus ada, tidak pernah nol,” katanya.

Jordan memaparkan, pendapatan sektor ini masih bisa menunjukkan pertumbuhan karena ekspansi sudah dilakukan perseroan sejak 2006. Pendapat ini merujuk pada industri perkebunan kelapa sawit yang sudah beroperasi sejak generasi pertama, seperti AALI dan UNSP.

Kedua perusahaan ini ini sudah mempunyai landbank yang luas seiring gencarnya aksi akuisisi lahan, berlanjut pada peningkatan produksi. “Ini berarti, kalau harga CPO sekarang turun, ongkos produksi mereka masih relatif rendah. Sehingga profit marginnya masih ada,” paparnya.

Hal senada diungkapkan Analis IndoMitra Securities, David MJ Ferdinandus yang merekomendasi beli untuk AALI dan UNSP dengan target harga masing-masing Rp 4.700 dan Rp 200 per lembarnya. “Meskipun tergerus sentimen negatif dari penurunan harga CPO, kinerja perseroan masih cukup baik,” katanya.

Selain itu, kabar baik datang dari Pemerintah yang akhirnya menurunkan pungutan ekspor (PE) CPO menjadi nol persen per 1 November. Keputusan ini diambil pemerintah dan dicantumkan dalam 10 langkah mengatasi krisis. “Penurunan PE ini akan menggairahkan sektor CPO di tengah harga jual yang terus turun,” pungkas David. [E1]

source: inilah.com

No comments:

Post a Comment

Cari di Google

Google
 
Web kabarsawit.blogspot.com